Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Kesehatan

Jumlah Perokok Usia Anak dan Remaja di Kota Batu Masih Tinggi

Penulis : Prasetyo Lanang - Editor : Dede Nana

06 - Nov - 2025, 16:14

Placeholder
Skrining melibatkan alat smokerlyzer untuk mengukur kadar karbon monoksida (CO) dalam napas sebagai indikator paparan asap rokok pada remaja di Kota Batu.(Foto: Dokumen Dinkes Kota Batu)

JATIMTIMES - Jumlah perokok kalangan remaja di bawah umur di Kota Batu masih sangat tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu mencatat 763 remaja aktif merokok pada 2024. Angkanya jauh lebih tinggi dari 2023 yang hanya mencatat 270 remaja aktif merokok. Atau jumlahnya mengalami 493 orang dalam setahun.

Berdasarkan data Dinkes Jawa Timur, diketahui ada pergeseran usia awal merokok. Pada 2023 perilaku merokok mulai tercatat pada rentang usia 10-18 tahun. Namun data terbaru menunjukkan kasus merokok pada anak berusia 4-9 tahun sudah muncul.

Baca Juga : Bibir Penuh dan Sehat di Usia 40-an, Ini 4 Trik Aplikasi Lipstik yang Wajib Dicoba

Bahkan, jumlahnya mencapai 2,6 persen dari total perokok di Jawa Timur. Sementara kelompok usia 10-18 tahun menyumbang 44,7 persen dari total perokok di Jawa timur. Kebiasaan merokok pada remaja tidak hanya berbentuk rokok kretek saja tetapi juga rokok linting, shisha, serta rokok elektrik baik vapor, pod, maupun ikos.

Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinkes, dr Susana Indahwati memaparkan, rata-rata konsumsi rokok batang mencapai 7–8 batang per hari pada kelompok yang terpapar aktif. Di Kota Batu, Dinkes memperoleh angka tersebut melalui skrining di sekolah-sekolah untuk rentang usia 10-18 tahun.

"Ternyata memang masih sangat banyak yang terpapar, beragam jenis (rokok)," ujarnya belum lama ini.

Wanita yang disapa Susan itu mengatakan skrining melibatkan alat smokerlyzer untuk mengukur kadar karbon monoksida (CO) dalam napas sebagai indikator paparan asap rokok. Ada dua faktor utama mendorong perilaku merokok pada anak-anak. Yakni lingkungan pergaulan yang permisif dan kondisi keluarga.

"Seringkali orang tua tidak melarang, bahkan ada yang memberi rokok kepada anak. Selain itu, lingkungan pergaulan yang dikelilingi perokok memicu anak meniru," kata dia.

Baca Juga : Bocah Penjaga Nabi: Kisah Ali Kecil yang Menghadang Batu di Jalan Makkah

Ia membeberkan, sekitar 60,6 persen orang tua ternyata tidak mencegah anak membeli rokok. Praktisnya, anak yang tidak punya banyak uang tetap dapat membeli rokok eceran per batang dengan harga murah. Untuk rokok elektrik, pelaku usaha memfasilitasi pembelian lewat skema arisan atau cicilan di marketplace.

Dirinya juga mengaitkan kebiasaan merokok pada remaja dengan kesehatan mental. Anak yang menghadapi tekanan atau mencari pelarian cenderung mencoba merokok karena meniru (copying mechanism).

"Peran orang tua sangat penting, bukan hanya melarang tetapi juga memberi dukungan emosional dan pemahaman," tegasnya.


Topik

Kesehatan perokok perokok remaja kota batu dinkes kota batu



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Surabaya Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Prasetyo Lanang

Editor

Dede Nana

Kesehatan

Artikel terkait di Kesehatan