Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Peristiwa

Usai Banjir Aceh, Tambang Emas Banyuwangi Disorot Warganet: Ini Profil Perusahaan dan Para Bosnya

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy

11 - Dec - 2025, 09:49

Placeholder
Tampak tambang di Banyuwangi dari Google Maps. (Foto: X)

JATIMTIMES - Setelah banjir menerjang Aceh, Sumut dan Sumbar, perhatian warganet ikut tertuju pada tambang emas Tujuh Bukit atau Tumpang Pitu di Banyuwangi, Jawa Timur. Kekhawatiran ini muncul karena bukaan tambang tersebut dinilai semakin luas dan dikhawatirkan meningkatkan risiko bencana lingkungan.

Diskusi soal tambang ini ramai di media sosial X. Salah satu unggahan dari akun @Caktugiman menulis, “Tambang emas di Banyuwangi tinggal menunggu waktu, banjir bandang.” 

Baca Juga : Pasar Properti Membaik, Graha Bangunan Blitar Dorong Penjualan Lantai Taco dengan Promo Akhir Tahun

Unggahan itu langsung memantik beragam komentar soal aktivitas pertambangan di pesisir selatan Banyuwangi.

"Baru kemarin ke pulau merah, pasirnya banyak sampah, pas lewat area tambang jg udh keliatan dari jauh udh pd rusak," tulis @rizki****. 

"loh ini beberapa tahun lalu kan sempet banjir lumpur, tumpang pitu ini udah ngerugiin warga setempat khususnya nelayan sekitar," @ardan****. 

"Asli. Yang dipantai mustika juga keliatan bangett udah habis 1 gunung," @sendok********. 

Tampak aktivitas tambang di Banyuwangi nampak dari Pantai Mustika. (Foto: X)

Tampak aktivitas tambang di Banyuwangi nampak dari Pantai Mustika. (Foto: X) 

Lantas siapa pemilik dan bagaimana profil tambang di kawasan Banyuwangi tersebut? 

Dilansir dari berbagai sumber, tambang emas Tujuh Bukit dikelola oleh PT Bumi Suksesindo (BSI), anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), salah satu pemain besar di industri tambang tanah air.

Dari laporan resmi dan prospektus IPO, mayoritas saham BSI dikendalikan oleh MDKA. Perusahaan ini tercatat memiliki cadangan emas dan tembaga yang besar dengan portofolio tambang yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Di balik MDKA, terdapat nama-nama konglomerat besar Indonesia. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menjadi pemegang saham terbesar MDKA dengan porsi 4,89 miliar saham atau sekitar 19,47%.

Saratoga merupakan perusahaan investasi yang didirikan oleh Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno, dengan fokus bisnis pada sektor logam mulia, energi, hingga infrastruktur.

Selain Saratoga, ada PT Provident Capital Indonesia Tbk (PALM) yang turut menguasai MDKA melalui anak usahanya, PT Mitra Daya Mustika (11,88%) dan PT Suwarna Arta Mandiri (5,50%). Provident Capital didirikan oleh Winato Kartono, yang awalnya bermain di industri sawit sebelum beralih ke investasi lintas sektor sejak 2022.

Baca Juga : Donasi Tembus Rp989 Juta, Wali Kota Eri Salurkan Bantuan untuk Sumatera lewat Rekening Resmi Pemda

Nama besar lain yang ikut memperkuat jajaran pemilik MDKA adalah Garibaldi ‘Boy’ Thohir, bos Adaro Energy. Boy Thohir memiliki kepemilikan signifikan di MDKA melalui sejumlah instrumen investasi dan kolaborasi dengan Saratoga serta Provident Capital. 

Adapun MDKA menargetkan produksi emas Tujuh Bukit mencapai 100 ribu–110 ribu ons pada 2025. Pada kuartal III 2025 saja, tambang ini sudah menghasilkan 25.338 ons dengan harga jual rata-rata US$ 3.275 per ons.

BSI mengantongi IUP Operasi dan Produksi berdasarkan Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor 188/547/KEP/429.011/2012. Total lahan mencapai 4.998 hektare, namun hanya 1.115 hektare yang digunakan untuk kegiatan penambangan aktif.

Tambang ini menerapkan metode tambang terbuka (open pit) dan proses pelindian untuk mengekstraksi mineral emas dan perak.

Dua tahun setelah mengantongi IUP, BSI mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) serta persetujuan studi kelayakan dari Dinas ESDM Jawa Timur dan AMDAL dari DLH Jawa Timur. Proyek mulai dibangun pada 2014, disusul kegiatan menambang bijih pada 2016, dan produksi emas perdana pada awal 2017.

Pada 16 Februari 2016, Kementerian ESDM menetapkan Tumpang Pitu sebagai Objek Vital Nasional (Obvitnas) melalui Keputusan Nomor 651 K/30/MEM/2016.

Perusahaan juga melaporkan penemuan zona mineralisasi baru sepanjang 2024, yang berpotensi menambah cadangan emas Tujuh Bukit.

BSI menyebut tambang Tujuh Bukit merupakan salah satu penyumbang pajak terbesar bagi Banyuwangi dan pemerintah pusat. Tambang ini juga menyerap ribuan tenaga kerja lokal serta menjalankan sejumlah program pemberdayaan masyarakat.


Topik

Peristiwa Tambang emas Tujuh Bukit Banyuwangi tambang Tumpang Pitu



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Surabaya Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Yunan Helmy