JATIMTIMES - Duka itu masih terasa di Pondok Pesantren Syekh Abdul Qadir Jailani, Besuki, Situbondo. Sebuah asrama putri yang pernah menjadi tempat belajar dan berdoa kini tinggal puing.
Namun, di tengah luka itu, datang kepedulian dari para dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang. Mereka datang bukan hanya membawa simpati, tapi juga tekad untuk membersamai.
Baca Juga : Akselerasi Pajak Kota Malang Positif, Bapenda Dorong Pendapatan Meningkat Menuju Kemandirian Fiskal
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari program FST Peduli Pesantren, sebuah inisiatif yang digagas untuk memperkuat kolaborasi antara dunia akademik dan lingkungan pesantren. Melalui program ini, para akademisi berusaha menghadirkan sains dan teknologi yang membumi: mulai dari pendampingan tata kelola sarana-prasarana, penguatan aspek keselamatan santri, hingga penerapan teknologi tepat guna yang relevan dengan kebutuhan pondok.

Dekan FST Prof Dr Umiarso SSi MSi menyampaikan rasa belasungkawa atas musibah yang menimpa para santriwati. Namun di saat yang sama, FST UIN Malang menegaskan semangat solidaritas. “Kami tidak ingin hadir hanya di waktu suka. Justru di saat seperti inilah persaudaraan dan kolaborasi antara kampus dan pesantren benar-benar diuji,” ujarnya, Kamis, (30/10/2025).
Bagi FST, kepedulian ini bukan proyek sesaat. Program pendampingan semacam ini sudah menjadi bagian dari misi keberlanjutan fakultas, menghadirkan ilmu yang tak berhenti di laboratorium, tapi hidup dalam pengabdian. Dalam harmoni itu, kampus dan pesantren saling mengisi. Dari pesantren mengalir nilai keikhlasan dan kesabaran. Sedangkan dari kampus, tumbuh semangat inovasi dan kepedulian.
Pihak pesantren pun menyambut hangat kunjungan tersebut. Mereka berharap langkah kecil ini bisa berkembang menjadi kemitraan jangka panjang, terutama dalam bidang pendidikan, lingkungan, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan dinamika kehidupan santri.
