JATIMTIMES - Saat membeli makanan berat maupun ringan ketika dibawa pulang, styrofoam menjadi andalan. Bahkan sadar atau tidak, masyarakat Indonesia pun sudah bergantung pada styrofoam.
Meski sudah banyak yang tahu penggunaan styrofoam ini berbahaya. Bukan hanya untuk lingkungan tapi juga kesehatan.
Baca Juga : Perangi Rokok Ilegal, Satpol PP Kota Malang Rangkul Linmas untuk Bersinergi
“Kaitannya dengan konteks kesehatan, memang styrofoam ini ada dan cukup berbahaya dampaknya," ucap pejabat fungsional Ahli Madya Direktorat Pengurangan Sampah Ditjen PSLB3-KLHK, Asep Setiawan.
Styrofoam dikenal juga dengan sebutan polystyrene mengandung bahan kimia berbahaya. Bahkan zat yang ada di styrofoam ini dapat memicu penyakit berbahaya, salah satunya kanker.
Jika styrofoam digunakan sebagai alas makan, dan makanan cukup panas maka zat-zat bahaya akan aktif dan ikut termakan. Sementara styrofoam yang mencemari lingkungan, dan termakan oleh ikan juga sama berbahayanya untuk manusia.
“Ikan makan styrofoam di laut, kemudian ikannya dipancing, dimasak, kita juga jadi ikutan makan styrofoam yang ada di tubuh ikan. Ini berbahaya,” tambah Asep.
Styrofoam terdiri dari beberapa unit styrene. Styrene ini diyakini sebagai karsinogen penyebab kanker oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker.
Baca Juga : November Rain, Ada Harga Spesial Cat Anti-Bocor Terlaris di Graha Bangunan
Kandungan itu menyebabkan iritasi pada kulit, mata, saluran pernapasan bagian atas, dan saluran pencernaan. Bahkan dapat menghasilkan efek yang lebih parah termasuk depresi, sakit kepala, kelelahan, kelemahan, gangguan pendengaran, dan gangguan fungsi ginjal.
Tidak hanya masalah kesehatan, styrofoam ini salah satu limbah yang sulit diurai, kadang-kadang pembuangan dilakukan dengan cara di bakar. Namun, pembakaran polistirena melepaskan gas stirena ke udara dan menghasilkan campuran racun yang dapat mengganggu sistem saraf.
“Sehingga kita harus mulai sadar bahwa styrofoam ini tak hanya merusak lingkungan, tapi juga kesehatan. Sebaiknya memang distop sesegera mungkin,” tutup Asep.