Warga Bangun Jembatan Bambu untuk Bisa Lintasi Jembatan Sonokembang

Reporter

Hendra Saputra

Editor

Dede Nana

27 - Oct - 2025, 01:28

Warga saat melintasi jembatan sementara yang dibangun warga (foto: Hendra Saputra/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Warga RT 04 RW 05 Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang nekat membangun jembatan sementara yang berasal dari bambu di Jembatan Sonokembang yang ambrol pada sisi bawah. Pembangunan jembatan sementara itu dilakukan pada Minggu (26/10/2025) kemarin. 

Ketua RT 04 RW 05 Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Khotib Hambali mengatakan bahwa aksi itu dilakukan karena keresahan warga. Ia mendapat keluhan dari warga akibat aktifitasnya yang terhambat akibat jembatan yang tak bisa dilalui. 

Baca Juga : Koperasi Tambang Pertama di Jatim Lahir di Blitar: Dari Kelud untuk Kemandirian Rakyat

Seperti diketahui, jembatan utama itu hampir ambruk akibat pondasi ambrol pada dua minggu lalu saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Selama dua minggu, akses warga benar-benar terputus dan tidak bisa dilewati kendaraan maupun pejalan kaki.

Aksi pembangunan jembatan sementara itu dilakukan secara darurat. Bahkan, warga juga menggunakan dana swadaya. 

“Warga banyak yang resah, jalannya muter-muter kalau mau kemana-mana. Berefek semua ke pedagang, pendapatannya berkurang sekali, termasuk jemaah masjid juga berkurang,” kata Khotib saat ditemui Senin (27/10/2025).

Khotib pun mengakui bahwa sebenarnya pihaknya tidak mendapatkan rekomendasi untuk membangun jembatan sementara dari bambu tersebut. Namun, atas inisiatif warga, pihaknya kemudian mengkoordinasikan hal itu kepada pihak kecamatan hingga Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang.

“Memang gak dikasih izin, gak dikasih rekomendasi juga. Cuma kita warga harus antisipasi, supaya tidak ada kejadian apa-apa. Kita jaga 24 jam, shift-shiftan per warga,” ungkap Khotib. 

Khotib pun pembangunan jembatan sementara itu dilakukan oleh warga sejak pagi hingga sore hari. Dan ketika selesai, jembatan sementara itu dapat dilalui secara bergantian dengan cara kendaraan roda duanya dituntut berjalan kaki. 

“Kalau jembatan sudah dibangun, jembatan sementara ini nanti kita bongkar. Kalau baileynya memang jadi dikerjakan itu nanti kita bongkar,” tambahnya.

Bedasarkan informasi yang ia terima, pihak DPUPRPKP Kota Malang baru mendapatkan anggaran untuk perbaikan jembatan permanen pada tahun 2026 nanti. Dan diperkirakan anggaran tersebut dapat turun pada bulan April 2026.

Nantinya jika jembatan dibangun secara permanen, Khotib juga meminta kepada Pemerintah Kota Malang untuk membuat aturan yang ketat. Terutama kepada kendaraan yang memiliki tonase yang berat. 

“Kemarin saya sudah sampaikan ke kepala Dishub untuk buat aturan, kalau tonasenya berat jangan lewat sini,” tegas Khotib.

Sebelum seperti saat ini, Khotib mengaku Jembatan Sonokembang sempat ambrol dan dibenahi pada tahun 1998. Saat itu, Khotib juga menjelaskan bahwa warga membangun jembatan sementara menggunakan bambu. 

“Dulu tahun 98 juga pernah jebol dan dibangun sementara pakai bambu, ya seperti ini,” kenangnya.

Baca Juga : Tak Mau Warga Jadi Korban, Wali Kota Malang Ingatkan Developer Perumahan Serahkan PSU

Terpisah, Kepala DPUPRPKP Kota Malang, Dandung Djulharjanto, menjelaskan bahwa perbaikan Jembatan Sonokembang masih tertunda. Hal itu karena keterbatasan anggaran.

“Dana yang dibutuhkan untuk pembenahan jembatan Sonokembang mencapai sekitar Rp5 miliar,” ujar Dandung. 

Ia menyebut, di akhir tahun ini perbaikan belum bisa dilakukan karena belum teranggarkan. Awalnya sempat ada rencana menggunakan Biaya Tak Terduga (BTT) sesuai petunjuk Wali Kota Malang.

“Sementara ini akhir tahun, belum teranggarkan. Kemarin memang petunjuk Pak Wali menggunakan BTT,” katanya.

Namun, menurut Dandung, dana BTT juga terbatas dan hanya bisa dialokasikan sekitar Rp2 miliar, sehingga belum mencukupi kebutuhan perbaikan secara menyeluruh.

“Yang bisa digunakan sangat terbatas untuk perbaikan jembatan, hanya dianggarkan Rp2 miliar saja dan itu tidak mencukupi,” jelasnya.

Selain keterbatasan anggaran, waktu pelaksanaan juga menjadi kendala karena tahun anggaran 2025 hanya tersisa dua bulan lebih. “Pengadaan itu paling tidak membutuhkan waktu 45 hari, sedangkan waktunya tinggal dua bulan saja,” tambahnya.

Sebagai langkah darurat, DPUPRPKP bersama Balai Provinsi akan membangun jembatan bailey agar warga tetap bisa melintas. “Kita buatkan jembatan bailey untuk sementara itu, sekaligus pembongkaran dan pembersihan jembatan Sonokembang,” tutur Dandung.

Rencananya, jembatan sementara itu akan diberlakukan dengan ketentuan khusus kendaraan berat dilarang melintas karena dinilai berisiko terhadap struktur jembatan darurat.

“Catatannya nanti ada pembatasan mengenai kendaraan yang lewat, karena kalau malam biasanya dilalui kendaraan berat,” tutupnya.