Suhuf: Lembaran Wahyu Sebelum Kitab Suci, 5 Nabi Ini Jadi Penerimanya
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
12 - Sep - 2025, 10:21
JATIMTIMES - Sebelum manusia mengenal kitab suci yang lengkap seperti Al-Qur’an, Taurat, Injil, atau Zabur, Allah SWT lebih dulu menurunkan wahyu dalam bentuk suhuf. Lembaran-lembaran ini hadir sebagai panduan ringkas, berisi pesan-pesan pokok tentang keimanan, akhlak, dan arah hidup bagi umat pada masanya. Meski tidak setebal kitab suci, suhuf tetap memiliki kedudukan penting dalam sejarah wahyu.
Para ulama menjelaskan bahwa suhuf merupakan kumpulan wahyu Allah SWT yang diberikan kepada nabi dan rasul dalam bentuk lembaran. Bentuknya tidak dibukukan, melainkan berdiri sebagai catatan singkat yang memuat perintah dan larangan. Pesan di dalamnya sederhana, tetapi cukup untuk menjadi pedoman hidup. Karena itulah, banyak yang memandang suhuf sebagai pondasi awal sebelum kitab suci diturunkan secara utuh.
Baca Juga : Kolaborasi dengan Rumah BUMN Blitar, Disperdagin Kota Kediri Gelar Seminar Keamanan Siber
Al-Qur’an sendiri menyinggung keberadaan suhuf dalam surah Al-A’la ayat 18–19 yang menyebutkan: “Sesungguhnya (penjelasan) ini terdapat dalam suhuf (lembaran-lembaran) yang terdahulu, (yaitu) suhuf (yang diturunkan kepada) Ibrahim dan Musa.” Ayat ini menegaskan bahwa lembaran wahyu telah ada sejak masa nabi terdahulu dan menjadi bagian dari kesinambungan risalah Allah.
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ada setidaknya lima nabi yang menerima suhuf. Nabi Adam AS diyakini menerima 10 suhuf. Putranya, Nabi Syits AS, menerima 50 suhuf. Nabi Idris AS menerima 30 suhuf, sementara Nabi Ibrahim AS mendapat 10 suhuf. Nabi Musa AS juga disebut menerima 10 suhuf, meskipun sebagian ulama berbeda pendapat mengenai hal ini. Ada pandangan yang menyebutkan Musa tidak termasuk karena beliau telah menerima kitab Taurat yang lebih lengkap. Perbedaan ini menunjukkan betapa luasnya ragam tafsir ulama dalam memahami sejarah pewahyuan.
Jika dijumlahkan, keseluruhan suhuf diperkirakan mencapai 100 hingga 110 lembaran. Angka tersebut memang bervariasi dalam berbagai literatur, namun kesamaannya terletak pada keyakinan bahwa suhuf menjadi bagian dari wahyu Allah SWT yang lebih dahulu turun sebelum kitab suci hadir.
Meski sama-sama wahyu, suhuf memiliki perbedaan mendasar dengan kitab. Kitab suci disusun secara lengkap, dibukukan, dan wajib disampaikan secara keseluruhan kepada umat. Sedangkan suhuf tidak dibukukan dalam bentuk kitab besar, melainkan berupa lembaran yang berisi pokok-pokok ajaran. Penyampaian suhuf juga tidak diwajibkan secara utuh kepada umat, berbeda dengan kitab suci yang seluruh isinya harus disampaikan oleh rasul. Dengan kata lain, kitab adalah bentuk penyempurnaan dari pesan-pesan yang lebih ringkas dalam suhuf.
Baca Juga : Revitalisasi Pasar Besar Malang Batal 2025, Anggaran Rp 8 Miliar Dialihkan
Meski fisik suhuf tidak lagi ada, keberadaannya tetap diyakini dan menjadi bagian dari iman kepada wahyu Allah SWT. Kisah tentang suhuf mengingatkan bahwa sejak masa awal penciptaan, Allah tidak pernah membiarkan manusia berjalan tanpa petunjuk. Dari lembaran-lembaran ringkas hingga kitab suci yang lengkap, semuanya hadir untuk menuntun manusia agar tetap berada di jalan lurus.